DIMANA MASA DEPAN?

DIMANA MASA DEPAN?

Kamis, 27 Februari 2014

ftmi 9


PERFORMING ART " SUMPAH PEMUDA"


FAN DIRA



FAN

Kalau kemarin kau mengajariku melumat pelangi dengan mata tertutup..
Bukankah bulan ini adalah bulannya rindu, bulan dimana hujan datang dan membasahi.
Bulan yang ditunggu-tunggu banyak kisah, pun sekedar bercerita tentang hujan

Menyeruh angin dibelantara musim,kaulahangin yang menjelama rindu .
Rindu yang menanam riang di tiap waktu.
Dan waktumu yang tak luput melumat basah pada rindu

14 12 2013
( aku punya pelangi yang selalu basah meski tak ada hujan. Mejikuhibiniu lukisan rindu yang menari – nari ditiap jarak waktu. Meski cak..cak..cuk simpony hujan berhenti mengenal bunyi)
15 12 2013
Hujan adalh kabut air yang buta,meski begitubasahnya tetap utuh menyirami dahaga musim.


Dirah
Hujan musim ini kuminta untuk membasuh perih dan membawa segala luka menghilang jauh kedalam tanah,
Musim ini begitu melelahkan..

Kemana kamu mengalir setelah tak satupun lemabh menadah pancuran sedih?
Dimana kepalamu rebah setelah benakmu menyimpulkan tubuhmu lelah?
Bukankah itu aku?
Adakah cinta benar – benar pernah meenyerah?
Mataku dan bulan kini membuncah rindu,kumasuk kekamar melipat –lipat kesedihan. Mengapa pula risauku selalu menggenangi mataku yang basah?


Sebelumnya aku tak pernah berani menelantarkan kesedihan dibawah gerimis,
Sebelumnya aku tak biasa menanti malam berlalu untuk sebuah kerisauan.
Wajahmu tak bisa kujumpai ketika kuterluka.
Memang semestinya aku sendiri yang berduka ditengah pelarian dari rasa cemburu dan marah .
Perempuan sendiri dan terluka menyeka air matanya diantara doa – doa malam.


Akankah tuhan memberiku jawaban atsa doa – doaku ..?
Ya Allah ampunilah aku yang bersedih untuk hal yang berdosa..

AIR MATA



Bulir  air mata yang menggenang dipelupuk,
Tak ingin menumpah dipipi saat tuturmu menjadi madu
Di antara kepahitan yang kukecap..

Hati terus menahan luapan amarah yang ingin
Berteriak dan mencukupkan untaian – untaian kata manismu
Semakin banyak kata yang bisa kau ucapkan,
Betapa dirimu mencintaiku “katamu”
Tapi semakin sakit yang kurasa

Bukan karena kecewa atas kebohonganmu
tapi kumarah,
marah Karena aku begitu mencintaimu,
Sekujur tubuhku kaku,
Bibrku bungkam,
Mataku terperanjat..
Tak bisa kuhempaskan kesakitanku terhadapmu..
Karena saat menatapmu, rasaku lah yang berbicara...
Biarlah kutelan sakit ini..
Biarlah remuk seluruh perasaanku
Asalkan kesakitan itu tak sampai kedalam matamu..

Desember 19 2013.
Dira , untuk air mata!

METAMORFOSA



  METAMORFOSA

Waktu menjadikan cita hanyalah sebuah harapan yang menggelantung diantara bias mentari
Tertiup angin , terjatuh, terhempas dan terberai pecah
Diantara derai air mata aku mencoba bangkit
Ketegapkan badan, ku usap peluh untuk terus berlalu menjadi api

Merangkak sering aku tiru
Kemarin aku belajar berjalan
Sekarang aku telah mampu berlari
Dan esok kupastikan kumampu terbang kelangit tanpa batas!

Aku bangkit dari keterasingan hidup
Cekam dan dikecam waktu
Karena teman hanyalah hitam dan pekat

Serasa menginjak ranjau ditiap titian langkah
Ketika ku beranjak dari dimensi peradaban
Dan lahir didunia kebiadaban
Aku belajar tentang kekerasan yang menjadikan hati baja
Tak mau aku dan saudaraku dimasa depan
Menjadi binatang jalang..

Kumeminta kepada ruh yang memperdayaiku
Tolong, titipkan kesejukan pada jiwa rapuhku ini
Sisipkan lantunan syair kehidupan saat raga mulai lelah
Dan tutupi luka yang meronrong sanubari yang slama ini telah hancur

Sekedar kukembali dan bertanya
Pada mereka yang ada diantara ilalang – ilalang merah
Bersandar pada semboyan kemanusian
Berpegang pada asas dan aturan
Dimana tempat manusia dijadikan manusia?

Tabuhlah genderang resahmu yang akan menyuarai bumi
Perdengarkan ke telinga – telinga yang mungkin jadi tuli
Pecahkan kesunyian diantara jalan pekat
dan kita akan meneriakkan pesta dimalam ini
pesta dimensi waktu

jangan menagis karena kesedihan
jangan diam karena kebencian
teriaklah… berteriaklah diantara keriuhan anjing
karena suara aku , kamu dan mereka adalah penyambung nafas yang akan menjadikan perubahan untuk zaman.

Kamis, 23 Februari 2012

TANPA JUDUL


kau jadikan seperti apa cinta?

apa cinta itu kau jadikan metafisika?
haahaa..
sungguh benar,matilah saya dengan mencari eksistensimu!
apa butuh kumencari sejatinya?

ahhhh,,
atau kau mencinta dalam meditasi..
mebawaku dalam eksplorasimu..
ditaman - taman surga yang biasa kau ceritakan padaku..
beriringan bias pelangi dan lagu cinta itu...?


apa yang kucari?
mungkin akalku tlah hilang
bersama ribuan pertanyaan yang kaku....sebut saja seperti itu!

Tgl 22 feb 2012 pkul 05.00

JIWA TAK TERBAYANG



NUR ISTIQOMAH N  ANDI NADIRAH
Jejak –jejak kutapak.. 
Mencri bayang diantara langkah – langkah
Namun kutemui pekat..
Dentang wktu bralih dalam ketrasingan zaman.
Tubuh meradang mnyendiri menerawang panjang.. 

Terang tertutupi tirai
Cahaya tersaput kabut..
Semuanya suram
Semuanya hampa..

Dimana aku kini.. 
Mengapa kosong yang menyelimuti..
Mengapa tak ada bayangku,,
Kemana perginya titik suar yang selalu menaungiku.. 

Coba menelisisk jauh antara nyata dan maya,,
Lebih jauh..lebih jauh..
Kudapati hanya hampa..

Jika kematian adalah nyata
Mengapa terasa bagai mimpi..
Jika ruh adalah cahaya
Mengapa aku terkurung dalam hitam..

Wahai pengusa jagad..
Pemilik jiwaterkungkung..
Mengapa tak adAAaaaa lantunana suci untukku..
Mengapa tak ada cahaya menyapaku
Sadarkan aku jika ini nyata..

Hidup adalahpersinggahan..
Nyata namun hanya ilusi..
Mati adalh perpindahan
Mimpi namun nyata,
Takdir bukan ilusi
Sdh pasti terjadi..

Sandiwarakah?
Liang lahad yang kusandarkan tertuliskan namaku..

Masikah ini sandiwara?
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIUN

WAHAI JIWA – JIWA YANG MASIH MENGEMBARA..
Tak kau sadari langkahmu tertuntun oleh kematian
Tak kau sadari jiwa kan pergi meninggalkan bayangmu
Dan tak kau sadari ini  akan menjadi nyatamu...